Batang Kelapa Sebagai Kayu Konstruksi
Salah satu material yang cukup berlimpah di Indonesia adalah kayu kelapa. Walaupun jarang digunakan sebagai material bangunan karena kayu ini keras dan teksturnya kasar. Namun bila diolah dengan tepat akan menghasilkan bangunan yang unik, karena tekstur kayu kelapa sangat khas, tetapi finishingnya tidak bisa sehalus kayu borne, meranti, ataupun kamper.Harganya pun jauh lebih murah bila dibandingkan dengan kayu seberang (sumatera, Kalimantan). Rumah kayu yang terbuat dari kayu kelapa biayanya sekitar 1,2 juta -2juta/m2 bandingkan bila menggunakan kayu seberang yang harganya bisa diatas 3 juta/ m2 ( Sulc, 1984).
Ada tiga alasan yang menyebabkan batang kepala dapat dijadikan alternatif pengganti kayu, yaitu program peremajaan kebun kelapa akan berhasil dengan kelapa yang tidak dikeluarkan dari kebun akan menjadi sarang kumbang gerek. Dengan pengolahan yang benar batang kelapa akan menghasilkan kayu yang bisa bersaing dengan beberapa kayu jenis konvensional. Batang kelapa ini, sebagai substitusi kayu, dapat digunakan sebagai bahan bangunan, perabot rumah tangga, alat perkakas, barang kerajinan, dan sumber energi yang berupa arang. Disamping itu batang kelapa juga memiliki nilai estetika yang unik ( Suharto dan Ambarwati, 2007).
Kayu kelapa, yang selama ini secara tradisional lebih banyak digunakan sebagai kayu konstruksi berat seperti balok dan kaso, mulai digunakan sebagai komponen pintu, jendela, furnitur dan lantai. Potongannya dapat dilihat pada gambar 1. Permasalahannya antara lain adalah sifat-sifat fisik kayu, terutama kerapatannya, yang sangat variatif. Kerapatan kayu bagian dermal (perifer) jauh lebih tinggi daripada bagian subdermal dan bagian tengah, yang secara beturut-turut sebesar > 600 kg/m3, 400 – 600 kg/m3 dan 200 – 400 kg/m3. Perbedaan tersebut juga terdapat antara kayu kelapa bagian pangkal, tengah dan ujung batang (Martawijaya dkk, 2005).
Gambar1. Bentuk potongan batang kelapa
Kayu dari pohon kelapa juga digunakan sekarang dan bernilai untuk produksi furnitur. Batang pohon kelapa juga digunakan untuk konstruksi tiang. Pemrosesan kelapa juga memberi kesulitan praktis. Tingkat konversi batang kelapa utuh menjadi kayu bulat relatif rendah. Lebih jauh lagi, batang kelapa memiliki kandungan silika tinggi, sangat keras dan memerlukan pisau gergaji khusus bermata tungsten (Sektianto, 2001).
Penggunaan batang kelapa sebagai bahan konstruksi sudah lazim dilakukan oleh rakyat pedesaan karena dianggap kuat dan awet. Namun beberapa hal yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut, yaitu :
1. Taper kira-kira 5 mm/meter
2. Tinggi batang yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi kira-kira panjang batang dikurangi 6,6 mm dari pelepah paling bawah dengan panjang dolok maksimum 5 m
3. Batang tidak mengalami pertambahan ke samping, melainkan memanjang dengan diameter ujung tidak lebih dari 30 cm
4. Kulit batang tidak mengelupas, pengulitan batang relatif sukar dan sampai saat ini belum ada alat mekanis yang dapat dipakai
5. Berat jenis kayu berbeda dari luar ke dalam dari bawah ke atas. Kekuatannya dicirikan oleh berat jenisnya yang bervariasi dan biasanya bagian luar lebih kuat jika dibandingkan dengan bagian dalam batang
6. Tidak memiliki mata kayu
7. Sulit digergaji, kesulitan itu bertambah jika sudah kering
8. Bagian luar memiliki cacat distorsi lebih kecil dibandingan bagian dalam
9. Keawetan alaminya rendah
10. Batang bulat memiki sifat-sifat yang lebih baik
( Barly, 1994).
Pada umumnya kayu kelapa terutama yang berkerapatan tinggi dan sedang lebih banyak diolah secara fisik mekanik seperti pembuatan mebel, komponen rumah, barang kerajinan, sedangkan pemanfaatan secara kimia terbatas misalnya pada pembuatan arang, briket arang, pulp, kertas atau arang aktif. Hal ini disebabkan distribusi kandungan komponen kimia kayu dalam satu pohon belum banyak diketahui (Suwinarti, 1993).
Berbeda dengan kayu pada umumnya batang kelapa memiliki sel pembuluh yang berkelompok (vascular bundles) yang menyebar lebih rapat pada bagian tepi dari pada bagian tengah serta pada bagian bawah dan atas batang. Hal itu mengakibatkan kayu gergajian kelapa memiliki kekuatan yang berbeda-beda Palomar dan Sulc (1983) menyebutkan bahwa batang kelapa memiliki keawetan yang rendah, mudah diserang organisme perusak kayu seperti jamur dan serangga. Bagian keras batang kelapa yang tidak diawetkan dan dipasang ditempat terbuka langsung berhubungan dengan tanah maksimum dapat bertahan tiga tahun. Sedangkan untuk bagian lunak hanya beberapa bulan saja.
Untuk dapat memilih kayu yang sesuai dengan penggunaannya, perlu mengetahui jenis sortimen ukuran. Sebagai bahan bangunan, menurut fungsinya dibagi dua golongan yaitu bahan struktural dan non struktural. Sortimen khusus yang lazim dipergunakan untuk tujuan pemakaian dapat berupa tiang, kaso, reng, balok, papan dinding dan papan cor. Dalam batang kelapa dapat dilihat pola kerapatan kayu dalam batang. Keadaan itu menyebabkan hasil penggergajian terdiri dari 3 kelas yaitu high density, medium density dan low density dengan proporsi masing-masing lebih kurang 45%, 30% dan 25%.Batang kelapa untuk keperluan konstruksi perlu dikeringkan dan diawetkan. Hal ini guna untuk menambah kualitas batang kelapa > dikeringkan supaya batang kelapa tidak diserang jamur, bakteri. Diawetkan untuk memperpanjang masa pakai batang kelapa ( Barly, 1994).
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home